Orang Tua dan Peserta Didik Terkapar pada Masa Pandemi Corona
Komentar

Orang Tua dan Peserta Didik Terkapar pada Masa Pandemi Corona

Komentar

Dr. Hasbi Siddik
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong

Terkini.id, Sorong – Belajar, ibadah dan bekerja di rumah merupakan rutinitas baru yang terjadi pada masyarakat akibat wabah covid 19 yang tak pernah diprediksi sebelumnya oleh siapapun.

Sehingga, peristiwa ini tanpa memikirkan beban berat yang akan dipikul oleh orang tua dan peserta didik sebagai tumpuan terakhir bernaung di masa pandemi ini justeru para tenaga pengajar berlomba-lomba melakukan pembelajaran daring dengan tugas-tugas teoritis yang tak seharusnya.

Kalau dalam sehari sekolah memiliki lima materi pelajaran maka lima guru akan bergantian mengajar daring sementara dirumah ada seorang ibu atau bapak yang menunggu sang anak untuk mendampingi kegiatan tersebut.

Pada hal tingkat pemahaman dan pendidikan orang tua akan pelajaran yang disajikan dan media daring itu sendiri berbeda-beda ditambah lagi dengan beban pulsa data yang mahal untuk wilayah Papua.

Padahal, mereka juga harus menyimpan dana untuk bahan pokok dirumah karena kurangnya pemasukan bahkan boleh jadi ada diantara mereka terhenti sama sekali pendapatannya akibat social distancing.

Seorang Ibu Rumah Tangga di kompleks Harapan Indah kota Sorong yang memiliki dua anak. Satu di sekolah dasar dan yang satunya lagi di Madrasah Menengah menderita sakit kepala yang hebat dan sesak napas.

Kemudian harus dibawa berobat akibat stres yang dialaminya karena kewalahan melayani tugas dan permintaan dua anaknya pada saat pembelajaran daring berlangsung.

Olehnya itu, fleksibelitas dalam melihat kurikululm pendidikan harus dipahami oleh sekolah dan setiap tenaga pendidik. Dalam setiap mata pelajaran ada ungsur teori dan praktek atau pelatihan.

Teori atau pemberian tugas secara teoritis sangat pas ketika pembelajaran berlangsung secara tatap muka akan tetapi pada saat daring dimana ruang-ruang informasi itu sangat sempit dan terbatas.

Maka, pelajaran praktisi seharusnya yang dominan, misalnya pelajaran fikhi, cukup diminta peserta didik untuk belajar memperbaiki wudhu, tayammum, shalat, dan ritual-ritual agama yang lain yang ada dalam pelajaran fikhi.

Demikian halnya pelajaran Quran Hadis, cukup diminta peserta didik dibawa pengawasan keluarganya untuk membaca Alquran dan hadis beserta terjemahnya, dan demikian halnya pelajara-pelajaran yang lainnya harus dikedepankan ungsur praksisnya dibandingkan teoritisnya.

Pleksibelitas dan kebijakan sekolah atau perguruan tinggi dan tenaga pendidik dalam mengelolah pembelajaran daring akan memberikan kenyamanan kepada orang tua dan peserta didik bukannya membebani mereka pada saat mereka sudah banyak beban di tenagah-tengah wabah corona ini.