Mengenal Al Amin, Mengenang Rauf Abu
Komentar

Mengenal Al Amin, Mengenang Rauf Abu

Komentar

Terkini.id, Sorong – Warga Kota Sorong terbiasa melihat nama sekolah dasar, sekolah menengah, panti asuhan, bahkan masjid, dengan nama Al Amin.

Mengeja kata Al Amin tak lepas dari prakarsa dai, pengusaha, dan juga tokoh Pendidikan Allahuyarham Rauf Abu. Bersama dengan keluarga, masyarakat, dan kebersamaan dengan seluruh komponen masyarakat.

Beliau, datang pertama kali ke Irian Jaya saat itu, kini disebut Papua Barat. Di masa itu awal 1960-an beliau mendirikan perusahaan dengan nama CV. Cahaya Rahmat.

H. Abdul Rauf Abu, Bersama dengan empat orang lainnya yaitu M. Taha Mando, H. Abdul Rauf Gani, A.M. Muharram, B.A., La Dena, bersama-sama mendirikan Yayasan Al Amin, pada 9 April 1982.

Allahuyarham Rauf Abu, dikenali juga dengan nama panggilan Daeng Paci’da. Ketika masih berada di Sulawesi Selatan, tepatnya di Maros, beliau sudah aktif di Muhammadiyah.

Baca Juga

Semasa tiba di Kota Sorong, juga mengaktifkan Muhammadiyah. Mendorong putra-putri masyarakat muslim untuk melanjutkan pendidikan ke pesantren Muhammadiyah di Gombara, Sulawesi Selatan.

K. H. Arsyad, salah satu pimpinan pondok pesantren Darul Arqam Gombara saat wawancara dengan kontributor Sorong Terkini, 18 Oktober 2019 di lingkungan pondok pesantren Darul Arqam menyampaikan bahwa dengan mengirim putra-putri dari masyarakat muslim, diharapkan mereka ketika kembali akan menjadi dai penggerak.

Pada saat dilangsungkan Musyawarah Daerah pertama kali, allahuyarham menolak untuk dipilih menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM). Bahkan mengarahkan warga Muhammadiyah memilih K.H. Usman Saad.

Begitu pula pada musyawarah daerah berikutnya. Selalu menolak untuk menjadi PDM. Namun, tetap bersedia untuk menjadi bagian dari usaha menggerakkan amal usaha.

Pembangunan Panti Asuhan Al Amin disokong sepenuhnya oleh CV. Cahaya Rahmat. Bangunan-bangunan yang berdiri dikerjakan oleh para pekerja yang berasal dari perusahaanya.

“pendanaan saat pertemuan dan juga kegiatan-kegiatan yayasan didukung dari keuangan pribadi dan keluarga. Sepanjang masih ada dana pribadi dan keluarga, dana Yayasan tidak akan digunakan,” demikian kesaksian salah satu warga Muhammadiyah mengenang kepribadian Rauf Abu.

Allahuyarham juga teliti. Disampaikan Syafruddin Sabonnama (25 November 2019) bahwa semasa Syafruddin kecil bersekolah di sekolah menengah, menyaksikan Rauf Abu menghitung sendiri lembaran seng yang terhampar di halaman sekolah.

Saat itu, ada pembangunan Gedung yang berada di lingkungan sekolah. Pengawasan, dan pelaksanaan bangunan dikomandoi sendiri secara langsung dengan memipin tim pembangunan.

H. Abdul Rauf Abu telah wafat, meninggalkan warisan berupa monumen yang masih dinikmati masyarakat Kota Sorong sampai kini. Jasadnya tak abadi, tetapi semangatnya dan warisan berupa keteguhan dalam karya masih bisa disaksikan hingga kini.

(Penulis: Muhammad Adnan Firdaus, Ruslan Rasyid, Hilman Djafar)