Dari Gontor ke Sorong
Komentar

Dari Gontor ke Sorong

Komentar

Terkini.id, Sorong – salah satu dari Tri Murti Gontor, KH Abdullah Syukri Zarkasyi, wafat 21 Oktober 2020.

Sehari menjelang peringatan Hari Santri Nasional. Kabar duka yang menjadi kesedihan, tidak saja bagi santri, tetapi boleh jadi masyarakat muslim di dunia.

Gontor, tidak saja menjadi tujuan belajar masyarakat muslim Indonesia, tetapi juga dari Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam.

Sementara alumninya, berkiprah di pelbagai bidang kehidupan dan juga di negara-negara terjauh sekalipun.

Sebelum allahuyarman Malik Fadjar sebagai menteri agama dan kemudian Menteri Pendidikan, dimana alumni Gontor cukup menggunakan ijazah Gontor untuk mendaftar ke perguruan tinggi, universitas di pelbagai belahan benua, sudah memutuskan itu. Termasuk di Azhar, Madinah, Islamabad. 

Baca Juga

Gedung-gedung yang ada di Gontor, dinamai dengan label negara seperti Saudi, Mesir, Gambia, Palestina. Sehingga santri yang mondok sejak awal sudah mengenal nama negara yang didiami masyarakat muslim.

***

Wekke dan Andriansyah (2016) menuliskan bagaimana Gontor menjadi wawasan bagi Pendidikan Islam, termasuk di Sorong, Papua Barat.

Gontor, demikian penyebutan yang masyhur untuk menamakan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), juga menjadi rujukan dalam pengembangan Pendidikan Islam bagi kalangan pendidik di Tanah Papua.

Alumni Gontor, turut mendirikan dan mengelola lembaga Pendidikan di Sorong, Merauke, dan seentaro Tanah Papua.

Gontor menjadi pionir bagi pengembangan pendidikan Islam modern. Wawasan global sejak awal menjadi aspirasi pendirian pondok. Setidaknya, Al-Azhar, Syanggit, Aligarh dan Santiniketan, dengan keunggulannya masing-masing dielaborasi untuk mendirikan Gontor.

Universitas al-Azhar, Mesir, dikenal dengan tata kelola waqaf. Sementara Pondok Syanggit, Mauritania. Sebuah lembaga pendidikan yang menekankan pada kedermawanan dan keikhlasan pengasuhnya. Syanggit, organisasi pendidikan dengan pengelolaan keikhlasan; pengasuh menyediakan seluruh keperluan santri. 

Adapun di India terdapat Universitas Muslim Aligarh, ini merupakan perguruan tinggi modern dengan objektif membekali mahasiswa dalam ilmu pengetahuan umum dan agama. Sekaligus memjadi pelopor revival of Islam. 

Masih di India, terdapat pula perguruan Santiniketan, diprakarsai Rabindranath Tagore, filosuf Hindu. Lembaga ini berada di tengah hutan, dibaluti dengan kesederhanaan, dan justru dapat mengajarkan dunia.

Mozaik-mozaik Pendidikan itulah yang kemudian mengilhami Tri Murti untuk mendirikan pesantren. Semuanya menyatu dalam wujud Gontor, dimana Indonesia juga menjadi bagian yang saling melengkapi.

***

Begitu memasuki gerbang Gontor, sebuah pertanyaan akan terbaca oleh setiap mata “ke Gontor apa yang kau cari?”. Santri, warga, dan siapapun yang menjejakkan kaki ke Gontor, akan melihat ini.

Awal mula sebuah proses Pendidikan adalah niat yang lurus. Ini akan memudahkan santri, dan juga orang tua untuk mencapai kemuliaan ilmu pengetahuan.

Salah satu yang menjadi catatan pengembangan Gontor, adalah istiqamah. Pengelolaan Lembaga pendidikan yang  senantiasa berjalan di rel yang sama, serupa dengan apa yang menjadi garis kebijakan dan kebajikan yang ditetapkan Tri Murti di masa pendirian.

Kita kehilangan pimpinan pondok, allahuyarham KH Abdullah Syukri Zarkasyi mengabdikan dirinya sepanjang hayat di Gontor. Sampai menghembuskan nafas terakhirpun tetap di Gontor.

Gontor menggariskan dengan satu kalimat “Berdiri di Atas dan untuk Semua Golongan”. Ini merupakan wasiat Tri Murti. 

Sehingga keberadaan Gontor “dimiliki” segenap hati kalangan ramai. Sekalipun itu, tidak pernah mengeyam pendidikan secara formal di Gontor. Namun bisa mengenal Gontor melalui pelbagai jalan.

Alumni Gontor tersebar dalam profesi guru. Namun bukan profesi itu saja. Ada perjumapaan warga Indonesia dengan nama Gontor.

Melalui sosok Din Syamsuddin, di Muhammadiyah. Hasyim Muzadi, bagi kalangan NU. Untuk budayawan, ada Cak Nun. Tokoh pembaruan, Nurcholish Madjid, disapa akrab Cak Nur. Belum lagi politisi, pengusaha, dan profesi lainnya.

Masyarakat muslim, dan juga dunia Islam kehilangan. Namun, sudah siap generasi dan kader-kader berikutnya akan meneruskan kiprah beliau dalam segala lini kehidupan.