Mengulik Fenomena Budaya Bismillah Pada Awal Chatingan/Obrolan di Media Sosial
Komentar

Mengulik Fenomena Budaya Bismillah Pada Awal Chatingan/Obrolan di Media Sosial

Komentar

Terkini.id, Sorong. Di tengah perkembangan dan kemajuan teknologi era digitalisasi saat ini, khususnya kita sebagai seorang muslim sering mendapatkan sms ataupun chat di pelbagai perangkat yang ada pada gawai kita yakni sebuah pesan yang dimulai dengan ucapan basmalah/tasmiyyah (bismillah).

Pesan pesan yang masuk beragam bentuk baik itu informasi, obrolan, tegur sapa, dan seterusnya yang sering dilakukan oleh para pengguna alat-alat telekomunikasi modern saat sekarang. Seperti contoh:

“Bismillah, besok jam 07.30 kita kumpul di Kampus, atribut lengkap!”

“Bismillah, anak shaleh kelas materi telah bapak unggah di classroom silahkan dikerjakan tugasnya!”

“Bismillah, Luar biasa saudaraku. Semoga sukses.”

Baca Juga

Di atas adalah beberapa contoh real yang penulis dapatkan dan tentunya masih banyak lagi ragam pesan yang dimulai dengan ucapan tasmiyyah/bismillah.

Lalu bagaimana mana sebenarnya asal mula budaya menulis basmalah ketika menulis pesan?

Jika kita menelisik lebih jauh, berdasarkan hasil penelusuran dari berbagai literatur yang dilakukan oleh penulis saat ini setidaknya hal tersebut pertama kali dimulai oleh Nabi Sulaiman/Salomo/Šelomo ketika menuliskan surat kepada Ratu Balqis/Sheba kurang lebih abad 9 SM (Sebelum Masehi) kala itu.

Kejadian ini kemudian diabadikan dalam kitab suci seperti kitab perjanjian lama, perjanjian baru dan al-qur’an serta beberapa literatur/naskah kuno lainnya.

Selanjutnya, menuliskan kalimat tasmiyyah (bismillah) pada awal surat juga pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw ketika mengirimkan surat kepada para pembesar seperti Raja Romawi, Persia dan beberapa raja lainnya.

Kemudian tradisi/budaya menuliskan tasmiyyah ini berlanjut hingga era digitalisasi sekarang. Ada yang menuliskan karena lantaran ini mencontoh kitab suci, meniru Nabi (sunnah), meraih keberkahan, meminta pertolongan. Adapula yang menuliskan bismillah karena lantaran ikut-ikutan dengan sesama komunitasnya.

Tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh kalangan milineal ini patutnya diapresiasi bukan malah menjadikan bahan ejekan, seperti ucapan sebagian orang: “Wow ada yang kirim pesan sambil mengaji nih”. Dan berbagai ucapan ledekan lainnya.

Fenomena memulai ucapan basmalah ini adalah setidaknya menjadi sebuah tradisi positif bagi masyarakat digital era disrupsi yang penuh dengan pelbagai inovasi dan perubahan sosial yang tidak menentu. Di samping sebagai bentuk pengamalan keagamaan.

Namun ada hal yang perlu digarisbawahi adalah ketika perihal ini dibawa kepada kajian fikih/hukum maka terdapat berbagai catatan penting yang menjadi perhatian bersama.

Chatingan/obrolan dalam gawai yang kita miliki itu hukum asalnya adalah sama dengan kita mengobrol secara berhadap-hadapan maka yang utama adalah bukan menuliskan bismillah namun ucapan salam ketika memulai percakapan sebab hal itu banyak sekali dalil-dalil yang mengarah kepada hal tersebut.

Terkecuali pesan yang akan kita kirimkan itu berisi undangan atau informasi/maklumat maka boleh mendahului ucapan tasmiyyah (bismillah) itupun penulisannya harus lengkap tidak hanya terbatas pada bismillah saja namun hendaknya ditulis “bismillahirrahmanirrahim” lalu kemudian disusul dengan salam. Itu lebih baik karena sesuai dengan surat Nabi Muhammad kepada para Raja kala itu.

Mengulik Fenomena Budaya Bismillah Pada Awal Chatingan/Obrolan di Media Sosial
Surat Nabi Kepada Heraklius, Raja Romawi

Tapi kalau pesan yang akan kita kirimkan hanya sekedar info sekilas, sapaan, obrolan dan seterusnya maka sebaiknya tidak perlu mengucapkan tasmiyyah (bismillah) karena akan mengarahkan kepada pemaknaan yang lain.  

Terpenting adalah beragama ini bukan persoalan menampakkan simbol-simbol keagamaan namun terpenting adalah memahami ilmunya terlebih dahulu lalu kemudian diamalkan.