Ini Bukan Terkait Covid-19, Tentang Orang Indonesia

Ini Bukan Terkait Covid-19, Tentang Orang Indonesia

IS
Ismail Suardi Wekke

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini.id, Sorong – Pihak penguasa membagikan satu kilogram beras. Iya, satu kilogram beras ke setiap rumah tangga. Semata-mata untuk kebersamaan.

Jatah beras yang tersedia hanya itu. Maka, dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk apa yang dapat dilakukan sebagai tanda kepedulian.

Bahkan warga itupun diancam untuk dipukul dengan rotan jikalau tetap berada di luar rumah. Warganet menyebutnya polisi seperti di film India.

Angka kematian semakin bertambah. Juga orang yang terpapar bertambah berlipat-lipat kali. Sementara pemberlakukan karatina atau apapun namanya yang bahkan untuk mengejanya saja perlu waktu khusus.

Inilah Indonesia kita. Termasuk perdebatan antara mudik dan pulang kampung yang menghiasi sejak awal ramadan.

Wabah memberikan kesempatan tidak saja pada warga biasa. Bahkan pada penguasa. Jikalau tidak tahan godaan akan terjerumus pada pada kamar terungku.

Sekalipun itu tingkatan mentri, sudah digelandang ke sel tahanan. Begitupun seorang yang menjabat gubernur, juga sudah diborgol. Sekalipun itu tengah malam. Dijemput di rumah dinas yang megah.

Walau korupsinya bukan terkait dana bansos penanganan covid-19, justru dugaan pada infrastruktur.

Oktober 2021 akan segera berlalu, memasuki bulan ke dua puluh menjejaki suasana wabah. Tak banyak yang berubah.

Hanya saja, gotong royong itu ternyata ada. Ketika ada kasus paparan virus di satu tempat, warga lainnya turut membantu sesuai dengan kondisi masing-masing.

Pagebluk juga menguji keserakahan. Jikalau potensi kerakusan itu dibiarkan, bukan empati yang tumbuh, justru kemampuan mengeruk keuntungan buat diri pribadi yang berkembang.

Suami istri yang berkuasa di tingkat kabupaten juga sudah diterungku. Dua hal datangnya bersamaan, kekecewaan dan juga optimisme.

Kecewa atas adanya perilaku seperti itu. Sementara kegembiraan bahwa masih tetap ada aparat yang teguh di jalannya untuk menegakkan kelurusan.

Kini di bulan ketujuh 2021, kita masih gamang. Pertanyaan “kapan wabah ini berlalu?” semakin kerap terdengar.

Sementara, kekhawatiran makin menipis. Terkikis dengan seiring perjalanan waktu.

Tidak boleh  pula itu dibiarkan terjadi. Harapan tetap harus tersimpan dan ditumbuhkan terus menerus. 

Ada saja pesan yang dapat digunakan untuk merawat kesabaran itu, Krisye melantunkan “badai pasti berlalu”.

Dalam serba ketidakpastian, ternyata ada yang pasti bahwa gotorng royong itu tetap ada. seorang anak muda bahkan menyebut ini gerakan warga bantu warga.

Optimisme kembali menyeruak, badai ini segera berlalu. Indonesia kita melulusi ujian dari wabah yang mendera (ISW).