Iktikaf, Kesempatan Sekali Lagi Belajar
Komentar

Iktikaf, Kesempatan Sekali Lagi Belajar

Komentar

Terkini.id, Sorong – Betapa mendapatkan wahyu bukanlah dalam keramaian. Justru baginda Rasululullah saw mendapatkannya dalam sunyi sepi di gua Hira. Menyingkir dari riuhnya kota Mekkah. Bandar yang hingga kini tetap saja memiliki daya tariknya tersendiri.

Dalam malam yang sunyi, mendapati dirinya dipeluk malaikat Jibril dan diperintahkan membaca. Dari sinilah peradaban Islam bermula. Tidak untuk misi yang lain, justru pesan kenabian diawali dengan perintah untuk mendaras.

Setelah dua ramadan berlalu dengan ibadah yang tak dilaksanakan di masjid dengan jamaah yang memenuhi selasar dan hanya dalam lingkungan terbatas. Kini, ramadan kali mulai diselenggarakan dalam suasana yang lebih luas. Jika berbanding dengan dua ramadan tadi.

Masjid Kembali melaksanakan program iktikaf. Diantaranya sebagai momentum untuk menyelesaikan ramadan dalam sepuluh hari terakhir. Juga, memberi kesempatan bagi jamaah untuk belajar kembali. Diantara programnnya adalah tahsin quran.

Alquran selalu saja memberi ruang untuk berdialog. Sebuah peluang untuk “berbicara” langsung dengan Allah melalui firmannya. Sekalipun itu adalah wahyu, Alquran juga memberikan jeda bagi pembacanya untuk berfikir. 

Sebagai sebuah doktrin, Alquran adalah gambaran sepenuhnya kehidupan manusia. Cakupan dan juga apa yang termaktub di dalamnya tak ada selain kehidupan manusia itu sendiri.

Dengan iktikaf ini, sebagai sebuah peluang untuk turut menyelami bagaimana Rasulullah bersunyi dan menghindari keramaian demi mendapatkan masa-masa yang tepat bermunajat kepada Sang Pencipta.

Ada detik-detik yang dimana diperlukan kesempatan bagi seseorang untuk berhenti sejenak. Perjalanan tak hanya soal maju dan mundur saja. Ada pula tempo untuk setakat berhenti. Justru dalam pemberhentian itu kembali melihat apa yang telah dicapai, dan kemana akan selanjutnya melangkah.

Iktikaf, sebuah pelajaran. Sementara dalam konteks yang lain, ada pula wukuf. Baik iktikaf ataupun wukuf ini memiliki kesamaan tertentu. Dimana diam dapat juga menjadi momen untuk beribadah. Merefleksikan diri untuk instropeksi dan juga perjalanan selanjutnya.

Dalam pelbagai hal dimensi kehidupan, corona telah memberikan kita untuk berhenti. Ternyata perjalanan kadang menjadi penyebab untuk datangnya penyakit. Maka, rehat menjadi sebuah kesempatan untuk menyehatkan diri dan keluarga.

Saat-saat pagebluk dan juga ramadan. Keduanya berpadu untuk menjadi peluang dalam belajar. Perjalanan kembali ke hakikat kemanusiaan tetap menjadi kerinduan setiap individu. Melalui iktikaf, kita kembali dalam memaknai kemanusiaan yang beradu dengan kedekatan pada Sang Khalik.