Memperjuangkan Taqwa, Puasa, Tilawah, dan Qiyamulail

Memperjuangkan Taqwa, Puasa, Tilawah, dan Qiyamulail

IS
Ismail Suardi Wekke

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini.id, Sorong – Secara khas, ramadan memberikan kesempatan untuk beribadah yang tak tersedia di bulan lain. Dari Syawal sampai sya’ban. Khususnya tarawih dan begitu pula dengan kewajiban berpuasa.

Bahkan secara khusus pula, puasa langsung diganjar oleh Yang Maha Pencipta, Allah SWT. Tidak melalui malaikat yang menjadi pendamping-Nya. Namun, jsutru menjadi hubungan langsung antara hamba dan Sang Khalik.

Kalau di bulan, lain tetap adanya qiyamulail. Namun, tarawih menjadi sebuah ritual yang hanya ada dalam ramadan. Memungkinkan untuk menjaga keintiman dengan bulan yang ditunggu kedatangannya.

Akhir rangkaian ramadan ditutup dengan zakat. Kesemuanya itu merupakan perjuangan untuk sampai pada status taqwa yang menjadi janji Allah.

Penghujung ramadan yang ditandai dengan syawal inilah yang ditandai dengan berbagi makanan. Apa yang dinikmati, disebarkan ke kerabat dan tetangga. Menghantar makanan, ini menjadi praktik yang tak terhalangi. Sekalipun itu di masa-masa pandemi seperti sekarang.

Status ramadan seperti inilah yang selalu dirindukan. Walaupun pada akhirnya, ketika ramadan datang menyapa tentu bukan semata kesenangan saja.

Ini adalah ujian yang menjadi sebuah ikhtiar. Sehingga ketika diraih menjadi sebuah hal yang sangat berharga dan dipertahankan dari waktu ke waktu.

Ramadan harus menjadi kesempatan untuk tidak hanya beribadah karena ramadan. Halim (2021) mengingatkan kita untuk tetap pada ritual dan saat yang sama juga harus peduli pada urusan sosial.

Maka, ramadan menjadi sebuah kesempatan untuk mengasah kepedulian sosial.

Itu terlihat dengan adanya ritual untuk puasa Syawal. Dimana ganjarannya bahwa orang yang berpuasa enam hari dari Syawal, maka akan diganjar bagai puasa setahun.

Ritme untuk sampai pada ramadan berikutnya menjadi sebuah tantangan demi tantangan yang perlu dilalui.

Orang yang hanya fokus pada ibadah tetapi justru tidak peduli sosial, bukanlah tipikal muslim yang diharapkan wujudnya.

Sebuah iman harus senantiasa disertai dengan amal shalih. Sehingga dalam hubungan dengan Allah senantiasa tersambung. Begitupun dengan makhluk senantiasa ada relasi sesama manusia.

Akhirnya, tak cukup hanya dengan puasa, tilawah, dan qiyamulail, lalu taqwa akan diraih. Ada dimensi lain yang harus juga dilakoni sehingga taqwa itu benar-benar dapat diraih.