Ramadan, Ekspresi Berpendapat dan Memukuli Kawan Diskusi

Ramadan, Ekspresi Berpendapat dan Memukuli Kawan Diskusi

IS
Ismail Suardi Wekke

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini.id, Sorong – Semenjengkelkan apapun Abu Jahal dan Abu Lahab, tidak ada literatur yang menunjukkan bahwa masyarakat muslim marah dan memukuli mereka berdua.

Bahkan ketika fathu Makkah (pembukaan kota Mekah), tanpa kekerasan sama sekali. Termasuk tak ada setetespun darah yang tumpah. Justru wajah Islam yang ramah dan damai yang senantiasa terwujud.

Senin, 11 April 2022. Menjadi peristiwa dimana seorang warga yang dipukuli. Padahal apa yang disampaikan mahasiswa dan peserta aksi, sejatinya adalah sebuah pesan kebenaran.

Namun, entah siapa. Ade Armando dipukuli. Apapun alasannya, itu bukan sebuah kebenaran. Agama, dan etika apapun yang digunakan tidak pernah ada alasan yang membenarkan bahwa memukuli kawan diskusi menjadi sebuah hal yang lumrah.

Dalam pernyataan pada pelbagai platform media sosial, Ade Armando kerap berselisih pendapat dengan warganet lainnya. Bahkan dilaporkan ke polisi sekaitan dengan pernyataan-pernyataan yang diketikkannya.

Namun, belum ada juga penjelasan. Apa yang menjadi muasal pemukulannya pada kesempatan yang sama semasa aksi berlangsung.

Bukan karena momentum ramadan. Namun, di luar ramadan sekalipun. Tetap saja, pemukulan ini tidak mendapatkan tempat dimana dalam sisi kemanusiaan.

Tentu pada saat yang sama, bahwa ketika ada seseorang yang mengekspresikan pendapatnya. Maka, aparat negara juga tidak dibenarkan untuk melakukan kekerasan. Dengan dalih apapun juga.

Awalnya, saya menggunakan kata tragedi. Kalaulah itu tingkatannya lebih tinggi, bolehjadi kata yang dapat digunakan kecelakaan.

Walaubagaimanapun, siapa yang memukulinya tetap saja tidak pernah merencanakan itu. Masih berupa data-data video di media sosial. Dimana sebelum pemukulan ataukah pengeroyokan, bisajuga perkelahian. Ada debat diantara Ade Armando dengan seseorang.

Alquran menggunakan kata “wa jadilhum billati hiya ahsan (An-nahl: 125)”. Untuk sebuah debat ataupun dialog, maka dicari kosa kata yang terbaik. Tetapi tak ada jalan untuk memukul, apalagi mengeroyok.

Selain indah, juga perlu tepat dan akurat. Bukan menggunakan rasa-rasanya, tetapi menggunakan data-datanya. Sehingga dialog berupaya menjadi persamaan data sehingga bisa wujud persepsi yang sama.

Pendidikan dan orang-orang yang berada dalam lingkungan itu membawa pada perubahan perilaku dalam pencarian hikmah. Bukannya justru menjadi masalah tersendiri.

Olehnya, ramadan menjadi kesempatan menempa diri. Apapun yang dilakukan, kita pastikan akan menjadi kontribusi bagi pengembangan diri yang akan membawa pada pengembangan masyarakat. Semoga.