Terkini.id, Sorong - Ramadhan selalunya disambut dengan gembira. Di Semarang disambut dengan Dugderan. Walau awalnya hanya merupakan kesyukuran menyambut Ramadhan semasa pengumuman puasa, sekarang berkembang dengan arak-arakan, juga tari, dan pertunjukan lainnya.
Sementara di Bali disyukuri dengan nama Megibung. Dimana masyarakat muslim Bali yang bermukim di Karangasem, merayakannya dengan makan bersama dan obrolan ringan.
Begitu pula di Aceh. Dinamakan dengan Meugang. Memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga dan juga mengundang anak yatim untuk menyantap hidangan daging Meugang.
Masyarakat Sunda memanggilnya dengan Munggahan. Adapun di Minang dikenal dengan Malamang, sebab hidangan yang disajikan adalah lemang. Sebagian Jawa Tengah justru mandi menyambut Ramadhan dengan istilah padusan.
Apapun itu, tetap saja sukacita menyambut Ramadhan.
Bagi masyarakat muslim dikenal dengan nama bulan suci. Bulan yang menjadi sarana belajar. Berusaha untuk menjalani aktivitas yang akan membawa kepada fitrah.
Manusia, selalu memiliki kesempatan untuk berhenti sejenak. Melakukan instropeksi diri. Tempat itu salah satunya, Ramadhan.
Kegembiraan Ramadhan ditandai dengan makan. Selama ini, penanganan tersebut tak tampak diantara sajian sehari-hari. Hanya saja dengan tabungan yang sudah disiapkan sejak awal, aneka makanan kini terhidang sebagai tanda syukur.
Pada saat yang sama, memasuki Ramadhan berarti pula kesempatan untuk belajar.
Dimana Allah sendiri yang akan menjadi "guru" selama proses belajar. Jikalau amalan lain dicatat oleh malaikat sebagai "asisten" Allah.
Kini, urusan puasa semuanya ditangani langsung Yang Kuasa.
Pada-Nya berguru dan menjadi pengawas. Dari pada-Nya juga, titel sebagai "sarjana" yang dibebaskan dari api neraka akan disematkan.
Kesykuran atas kesempatan belajar inilah yang dirayakan. Dimana sebelas bulan sebelumnya selalu tertatih bahkan ada peluang untuk menjadi pendosa.
Namun, justru dengan Ramadhan semuanya menjadi berkah. Bahkan bau mulutpun menjadi kesturi.
Ketika tertidurpun, bisajadi itu adalah bagian dari ibadah. Detik demi detik Ramadhan itulah yang dinanti selalu.
Dalam menyambutnya, hanya ada satu kegembiraan atas kesyukuran limpahan karunia untuk berjumpa lagi dengan Ramadhan.










