Terkini.id, Sorong. Kasus RASIS terhadap orang Papua kembali terjadi di Indonesia. Ujaran rasisme kali ini menimpa saudara Natalius Pigai seorang pria kelahiran Kabupaten Paniai yang juga merupakan Eks. Komisioner Komnas HAM. Kasus rasis yang sedang hangat ini menimbulkan beberapa kecaman dari berbagai kalangan hingga sekarang.
Berbagai respon yang dialamatkan kepada pelaku rasis, Ambroncius Nababan datang silih berganti baik melalui aksi demonstrasi, media sosial hingga muncul di berbagai media mainstream. Walau dalam satu sisi, dirinya (Ambroncius Nababan, read) telah memberikan klarifikasi sekaligus meminta maaf. Namun ibaratkan nasi sudah menjadi bubur.
Respon tersebut beragam bentuk, di antaranya: ungkapan Kapolda Papua agar pelaku ditangkap, Kecaman masyarakat Batak di Papua, KNPI Papua Barat melaporkan dugaan ujaran rasisme ke POLDA Papua Barat hingga KOMNAS HAM meminta kasus rasis ini diproses secara hukum yang berlaku dan berbagai ragam respon lainnya.
SorongTerkini. id pun berhasil merampungkan hasil wawancara singkat dengan Ruslan Rasid dan Hilman Djafar selaku Direktur dan Komisaris Focus Research Institute mengenai isu rasisme yang diliput langsung oleh Muhammad Duwi Prayoga (Kontributor SorongTerkini.id ) di Kota Sorong Papua Barat, Hari ini Kamis, 28 Januari 2021.
Selanjutnya pada wawancara berikut ini, Kontributor akan disingkat dengan (K) adapun yang diwawancarai akan disingkat dengan (R).
K: Bagaimana tanggapan bapak berdua mengenai isu rasis baru-baru ini?
R: “Pada intinya kami sangat menyayangkan kasus-kasus seperti ini terulang kembali, masih hangat rasanya bagaimana suasana di berbagai Kota/Kabupaten, Papua Barat. Pasca kasus rasisme akhir 2019 lalu. Tentu tidak dapat dibayangkan ketegangan dan kerugian yang terjadi kala itu.” (Ungkap mereka berdua sambil memperlihatkan berbagai potret-potret rasis lainnya di Indonesia).
K: Sebenarnya bagaimana potret keberagaman di Papua yang bapak berdua ketahui selama ini, kok kasus rasis ini sangat cepat tersebar serta menjadi isu yang panas di Papua sendiri?
R: “Jika mau jujur yah!. Terdapat puluhan bahkan ratusan hasil research (penelitian) baik dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi, jurnal maupun hasil laporan penelitian yang menyatakan bahwa potret masyarakat di Papua dan Papua Barat secara keseluruhan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman dan keberagamaan, konsep keberagaman itu tidak hanya menjadi sebuah landasan filosofis dan semboyan masyarakat setempat semata namun nilai- nilai tersebut dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi kalau mau belajar tentang bagaimana arti sesungguhnya dari menghargai orang lain, maka belajarlah ke Papua. Lihat dan amatilah bagaimana keharmonisan dan kerukunan itu terjadi. Jadi kalau saudara melihat di TV dan lain sebagainya terjadi reaksi maka itu adalah sebagai bentuk respon balik sebab masyarakat di Papua tidak melakukan hal demikian dan mereka boleh jadi heran kenapa diperlakukan begitu di luar Papua.”
“Salah satu senior sekaligus guru kami, Prof. Ismail Suardi Wekke (Dosen IAIN Sorong) banyak membahas masalah ini dalam berbagai jurnal. Termasuk kami di Focus Research Institute ini sedang menggarap beberapa riset-riset yang terkait dengan multikultural di Papua dan Papua Barat.
K: Sebagai pertanyaan penutup dalam wawancara singkat ini, Kira-kira apa masukan bapak berdua sebagai peneliti dalam konteks kasus rasis kali ini?
R: "Sebenarnya banyak tanggapan yang akan kami sampaikan pada kesempatan kali ini dengan berbagai sudut pandang keilmuan, namun mungkin kami beri satu tanggapan saja sebagai awalan. Tapi episode berikutnya kami akan paparkan secara ilmiah lagi. Adapun masukan kami kepada mereka yang selalu bersikap RASIS adalah belajarlah kalian ke Papua akan arti dari menghargai manusia, kalian akan dapati senyuman mereka yang begitu ramah dan bersahabat. Oleh karenanya, Kami mengajak kepada semua kalangan untuk selalu menggemakan ANTI-RASIS di manapun kita berada. Sebagai bentuk pengamalan nilai-nilai PANCASILA dan menjaga persatuan, kesatuan serta kedaulatan NKRI yang kita cintai ini."
Sekilas tentang Focus Research Institute, merupakan sebuah lembaga atau wadah diskusi para peneliti pemula di Papua Barat dengan berbagai lintas disiplin keilmuan dan kepakaran yang berkomitmen terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.
Focus Research Institute ke depan akan berkolaborasi dengan berbagai lembaga riset yang telah ada di Papua Barat dan Papua secara keseluruhan serta membuka peluang dan kesempatan bagi insan cendekia yang ada untuk bersama-sama belajar di Focus Research Institute. (Kontributor: Muhammad Duwi Prayoga)