Islam, dan Ketidakrelevan, Asal Muasal Ketertinggalan
Komentar

Islam, dan Ketidakrelevan, Asal Muasal Ketertinggalan

Komentar

Terkini.id, Sorong – Satu pertanyaan ketika saya berkunjung ke Sogang University, Korea Selatan “kenapa Islam diterima luas di Indonesia?”.

Sayapun terdiam. Sebab pertanyaan ini, begitu kompleks dalam jawabannya. 

Ternyata lagi-lagi saya keliru. Baik pertanyaan maupun jawaban ternyata sangat sederhana.

Ketika Islam datang, keperluan masyarakat itu terkait dengan kesetaraan. Dimana dalam kondisi zaman semasa itu, ada kasta dan golongan.

Sehingga Islam diterima sebagai sebuah keyakinan yang meluas. Bahkan di wilayah Gowa dan Tallo, termasuk kerajaan lain yang sekarang kita sebut dengan wilayah administratif Provinsi Sulawesi Selatan saat ini.

Baca Juga

Ketika sebuah misi itu relevan dengan keadaan masyarakat, maka pesan yang disampaikannya akan dapat diterima.

Hanya saja, dikalau itu tidak berhubungkait sama sekali. Inilah yang menjadi sumber ketertinggalan itu.

Sebagai pesan langit, tetap saja Islam akan relevan dengan tempat dan waktu. Namun, perlu reformulasi dari para pemuka agama, serta cendekia.

Jikalau ini gagal, maka pesan itu tidak akan sampai ke masyarakat awam.

Untuk itu, diperlukan ikhtiar untuk membawa Islam sebagai agama yang tetap relevan dalam pemahaman. Termasuk menjadikan pesan-pesan Alquran yang senantiasa dapat dipegang sebagai panduan kehidupan dalam pelbagai situasi.

Hanya saja, tantangannya adalah dimana ketika Alquran hanya dijadikan teks tetapi tidak diboboti dengan konteks.

Apalagi kalau sampai mengada-ada. Itulah yang membuat suasana semakin buruk dan runyam. Serta mendatangkan phobia terhadap agama.

Kalangan non-muslim boleh jadi tidak menyampaikan. Tetapi mereka sesungguhnya membaca keberadaan Islam melalui penganutnya.

Dimana dengan tingkah laku para penganut inilah yang kemudian dijadikan sebagai cerminan Islam.

Dengan demikian, tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan senantiasa mendialogkan antara pesan Alquran dengan kenyataan sekarang.

Begitu pula, usaha terbaik untuk menjadikan praktik keberagamaan untuk senantiasa membawa kemashlatan bagi seluruh manusia, tidak terkait pada agama.

Ketika itu dilakukan, maka Islam akan tetap relevan dan menjadi pegangan. Termasuk mendapatkan apresiasi dari kalangan luar sekalipun.